Saya menciptakan logo ini untuk salah satu teman saya, Sekar Jatiningrum. Logo yang sekilas terlihat sedikit kompleks dan penuh warna ini memiliki filosofi yang cukup dalam bagi diri Sekar. Logo ini berusaha merepresentasikan dirinya dengan elemen siluet perempuan yang sedang menari dengan bahagia, selayaknya hobi Sekar sedari dulu, yaitu menari dan berdansa. Mulut sang perempuan di logo itu terlihat tersenyum lebar untuk menggambarkan pribadi dan karakter Sekar yang selalu hangat, ceria, dan selalu senang. Selain itu, dari kepala perempuan tersebut tumbuh bunga - bunga yang berwarna warni. Maksudnya, bahwa Sekar selalu melihat segala sesatu dari sisi positifnya dan tidak mudah berburuk sangka kepada orang lain. Bunga ini pun juga sebenarnya merupakan sebuah representasi visual atas namanya, yaitu 'Sekar; yang berarti kembang atau bunga. Background merupakan warna warni tekstur cat air karena Sekar sangat menyukai seni rupa, terutama warna-warna muda atau pastel.
Monday 3 April 2017
Desain Typography
Konsep dan filosofi dari desain ini yaitu menceritakan bagaimana seseorang yang sebelumnya tengah menghadapi masalah dan keluar dari lingkungan sosial namun dapat ditarik kembali oleh teman-temannya. Elemen warna di poster ini cukup menonjol, dengan latar belakang warna kuning yang menunjukkan keceriaan, dimana warna kuning ini menceritakan mengenai kondisi individu tersebut yang telah menjadi stabil dan kembali ceria setelah kembali lagi ke lingkungan sosialnya. Elemen lain yang tak kalah menonjol adalah element font atau tipografi itu sendiri. Dalam poster ini, font memiliki karakter yang santai dan tidak kaku, walaupun menggunakan huruf kapital namun garis yang ada dalam setiap fontnya lebih luwes sehingga lebih sesuai untuk menujukkan pikiran individu. Ukuran pun menjadi hal yang penting dalam font ini. Pada poster saya sebelumnya, kata 'out' dan 'in' tidak memiliki ukuran yang terlalu besar dan tidak menonjol. Namun di revisi ini, kedua kata tersebut saya perbesar sehingga terlihat menonjol dan menjadi perhatian utama dari poster ini.
Desain Snack Indonesia: Keripik Bawang
Konsep poster: keripik bawang tersebut dibentuk dalam pola peta Indonesia untuk memperjelas brand image sebagai produk asli Indonesia, ketiga tangan menunjukkan ketiga suku Indonesia yang berbeda namun dapat disatukan oleh produk keripik bawang yang lezat.
Warna: warna utama latar belakang yaitu hijau tosca karena hijau tosca melambangkan kealamian, kesegaran, dan kebahagiaan. Hal ini relevan dengan bahan utama keripik yang diambil secara segar dari alam, dan rasanya yang lezat dapat menyebarkan kebahagiaan kepada konsumennya.
Font/typography: Font pada judul produk berupa bold dan huruf kapital untuk menegaskan dan memperjelas identitas produk sehingga terlihat lebih eyecatching. Tagline dibuat dalam bentuk italic agar memberikan kesan yang lebih santai dan tidak kaku, untuk menunjukkan posisi keripik bawang yang dapat dinikmati di saat waktu santai dan senggang.
Sunday 27 November 2016
Atomic Bombs
What if
We were reincarnated?
I was the plutonium bombs,
I was everywhere to be found,
Burned like stars in the northern sky;
Yet my walls were too high
And my insecurity was too deep,
For I was so difficult to be created!
And you,
You were the uranium bombs,
You were the rare atom, of one in a million.
The one that I had been searching for,
To create a massive fusion for us two.
And together
We could create the hydrogen bombs
And explode the whole world
With our love
But yet,
We were too toxic,
Too destructive for each other,
That we keep hurting our bodies;
Roaming through the sky,
Just to sacrifice ourselves in the land of earth,
As to die and to be killed,
As if
we were
never destined
for each other.
-a.d
26.11.2016 // 20.10
We were reincarnated?
I was the plutonium bombs,
I was everywhere to be found,
Burned like stars in the northern sky;
Yet my walls were too high
And my insecurity was too deep,
For I was so difficult to be created!
And you,
You were the uranium bombs,
You were the rare atom, of one in a million.
The one that I had been searching for,
To create a massive fusion for us two.
And together
We could create the hydrogen bombs
And explode the whole world
With our love
But yet,
We were too toxic,
Too destructive for each other,
That we keep hurting our bodies;
Roaming through the sky,
Just to sacrifice ourselves in the land of earth,
As to die and to be killed,
As if
we were
never destined
for each other.
-a.d
26.11.2016 // 20.10
Monday 27 June 2016
Rimba
khayalan dalam memori;
ia hanya meluap dari imaji angan,
yang jauh mengabur ke jurang
raga yang tak pernah berdaya
melulu minta untuk dimanja
dan jiwa yang meraung jauh ke permukaan,
sembari mengembara ke puncak bukit nirwana
yang bergelut dalam ria kemewahan
dan sinar senja yang menyeringai dalam ribuan derita wajah manusia,
siap melahap pikiran kosong yang memilu dalam kepedihan.
sajak lahir karena kesakitan yang merimba dalam gema tangisan,
juga kata yang hadir dari jeritan pilu kemuraman,
seperti menunggu untuk kelak dicinta,
hingga asa mendamba untuk diraba.
Taman Suropati, 16 Juni 2016
03:17 PM
Baik dan Buruk
Setumpuk kata terbelenggu dalam kepala; menunggu untuk dieksplorasi dan diuntai dengan sedemikian rupa. Suara nyaring pun tidak pula bergeming, serasa ingin meledak seperti bom waktu. Aku dan kehidupan. Dua entitas yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya, saling mencari satu sama lain.
Konsepsi akan kehidupan terus membayangi benakku yang tidak kunjung bosan untuk berimajinasi; yang pada akhirnya hanya akan menimbulkan beribu pertanyaan: mengapa? bagaimana? untuk apa? dan lain-lainnya. Sejak kecil, orang tuaku selalu mengajarkanku untuk menjadi anak perempuan yang baik: belajar dengan baik, lulus dengan baik, mendapat pekerjaan yang baik, menikah dengan lelaki baik, dan membangun keluarga yang baik. Dulu, aku terdoktrinasi dengan embel-embel stigma "baik" yang cukup melekat dalam diriku setidaknya selama 18 tahun ini. Tidak pernah sekalipun kupertanyakan mengapa aku harus menambahkan kata "baik" di setiap hal yang kulakukan dan di setiap mimpi yang aku cita-citakan.
Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan "baik"?
Konsepsi akan kehidupan terus membayangi benakku yang tidak kunjung bosan untuk berimajinasi; yang pada akhirnya hanya akan menimbulkan beribu pertanyaan: mengapa? bagaimana? untuk apa? dan lain-lainnya. Sejak kecil, orang tuaku selalu mengajarkanku untuk menjadi anak perempuan yang baik: belajar dengan baik, lulus dengan baik, mendapat pekerjaan yang baik, menikah dengan lelaki baik, dan membangun keluarga yang baik. Dulu, aku terdoktrinasi dengan embel-embel stigma "baik" yang cukup melekat dalam diriku setidaknya selama 18 tahun ini. Tidak pernah sekalipun kupertanyakan mengapa aku harus menambahkan kata "baik" di setiap hal yang kulakukan dan di setiap mimpi yang aku cita-citakan.
Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan "baik"?
Subscribe to:
Posts (Atom)